Jika beragama merupakan kebutuhan manusia secara
umum, fitrah yang Allah ciptakan manusia atasnya, maka sesungguhnya
memeluk Islam, merupakan pilihan satu-satunya yang paling tepat, yang mana
Allah tidak merelakan agama lain selain Islam atas hamba-Nya, Allah tidak
ridha terhadap agama lain selain Islam.
Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi
Allah hanyalah Islam..” (QS. Ali- Imran:19)
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia
diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Tunduk patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah esensi risalah langit, dengan risalah itu para nabi diutus untuk
menyeru umatnya kepadanya, kemudian terjadilah perubahan (tabdil) dan
penyelewengan makna dari yang sebenarnya (tahrif) terhadap kitab-kitab
suci, hal mana menjadikan keluar dari ajaran yang lurus. Islam adalah agama
terakhir yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala bentuk tabdil
maupun tahrif, bahkan Allah menjadikannya sebagai penimbang
(penguji) terhadap agama-agama terdahulu.
Allah berfirman:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu…”(QS. Al-Ma`idah: 48)
Islam adalah agama terakhir, ia adalah agama yang
haq, satu-satunya agama yang Allah ridha i untuk hamba-Nya.Selagi
Islam merupakan agama yang diridhai oleh Allah bagi hamba-Nya, ini berarti
bahwa kebaikan ada di dalamnya, kebahagiaan manusia bergantung kepadanya,
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha untuk hamba-Nya melainkan sesuatu
yang baik dan benar bagi mereka.
Jika telah terbukti bahwa Islam merupakan agama
yang haq, maka memeluknya memberikan banyak pengaruh (manfaat) terhadap
kebahagiaan manusia. Pada makalah kita kali ini, kita akan mengenal pokok-pokok
penting dari pengaruh (manfaat) tersebut:
Pertama adalah bahwa Islam mengenalkan kepada
manusia hakikat dirinya, keberadaannya di dunia ini, bahwa ia sejak semula dan
seterusnya adalah makhluq Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diciptakan dalam
sebaik-baik penciptaan, Allah muliakan dirinya atas seluruh makhluq sebagaimana
dijelaskan dalam firman-Nya:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra`
:70)
Jika seorang manusia menyadari hakikat dirinya,
maka ia akan menjalani hidupnya dalam petunjuk dan cahaya dari Rabbnya.
Allah berfirman:
“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal
di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan
tegap di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-Mulk:22)
Berjalan di atas petunjuk ini tidak akan
diperoleh, kecuali oleh orang yang berjalan di atas agama yang lurus.
Di antara manfaat penting dari memeluk Islam
adalah Islam mengenalkan kepada manusia bahwa alam ini memiliki pencipta dan
pengatur, dan bahwa segala sesuatu di alam ini ada karena perintah Nya,
sebagaimana dalam firman Allah:
“…Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan
hanyalah hak Allah. …. (QS. Al-A’raf:54)
Selanjutnya pengaruh (manfaat) memeluk Islam
adalah pengenalan manusia terhadap tujuan dari keberadaannya di muka bumi ini,
yaitu untuk ibadah kepada Allah semata. Ia tidak diciptakan sia-sia hanya untuk
bermain dan bersenda gurau, maka dan minum saja. Akan tetapi ia diciptakan
untuk ibadah sebelum tujuan yang lain.
Allah berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Al-Dzariyat:56)
Kata illa (kecuali) dalam ayat tersebut
bermakna pembatasan, artinya sesungguhnya tujuan dari penciptaan manusia
hanyalah untuk beribadah kepada Allah semata, bukan karena tujuan yang lain.
Allah berfirman:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main (saja…”. (QS. Al-Mukminun:115)
Jika seorang mukmin mengetahui tujuan dari
penciptaannya, maksud dari hidupnya, maka ia akan merasakan hidup bahagia dan
tenang, sejalan dengan firman Allah SWT.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertaqwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan
di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang
besar.” (QS. Yunus:62-64)
Di antara manfaat beragama Islam – di samping
yang telah disebutkan – adalah bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara
tuntutan rohani dan tuntutan jasmani, tidak berat sebelah tidak menyepelekan
yang satu demi maslahat yang lain, akan tetapi menyatukan antara keduanya,
Islam mengajarkan keseimbangan (sikap tengah-tengah), Allah berfirman:
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan
kamu (ummat Islam), ummat yang adil …”(QS. Al-Baqarah:143)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang Yahudi
karena mereka mementingkan tuntutan jasmani dengan mengalahkan kepentingan
rohani, sebaliknya Allah juga mencela orang Nashrani, karena mereka
mementingkan kebutuhan rohani dan mengalahkan kebutuhan jasmani. Sementara
Islam datang dengan ajaran pertengahan, seimbang antara keduanya, tidak
melalaikan (tafrith) tidak pula ekstrim (ifrath).
Banyak hadis yang valid yang menguatkan
(menekankan) hakikat ini, di antaranya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim bahwasanya ada tiga orang mendatangi Aisyah Radhiallahu ‘Anha, mereka
bertanya tentang ibadah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Aisyah
pun memberitahukannnya, ternyata mereka menganggap remeh – menganggap bahwa
amalan yang dilakukan Nabi sedikit. Hal itu menurut mereka pantas sebab
Rasulullah telah dijamin surga, sementara mereka tidak memiliki jaminan, oleh
karena itu – lantas mereka pun berniat akan melaksanakan ibadah yang melebihi
Rasulullah. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengetahui
hal itu, beliau bersabda:
“Adapun aku, maka aku adalah orang yang
paling takwa dan paling takut kepada Allah di antara kalian, akan tetapi aku
juga puasa dan berbuka, aku shalat dan aku juga tidur, serta menikahi wanita,
siapa yang enggan dengan sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku!”.
(HR. Bukhari 4675)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menjelaskan manhaj wasath (pertengahan), jalan yang paling tepat
dalam ibadah, demi menjaga keseimbangan antara tuntutan jasmani dan rohani,
yang tidak mungkin kehidupan manusia bisa tegak dan berlangsung melainkan
dengan keseimbangan tersebut.
Orang yang mau merenungkan dan memikirkan uraian
di atas, ia akan mengetahui bahwa semua manfaat dan pengaruh tersebut
menghantarkan kepada kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, kebahagiaan yang
dicari-cari dan diimpikan kebanyakan orang, mereka pasti tidak akan
mendapatkannya kecuali dalam Islam. Hal ini berdasarkan pengakuan orang-orang
yang telah masuk Islam dari kalangan mereka. Perlu disadari bahwa kebahagiaan
bukan berarti banyak materi, akan tetapi kebahagiaan hakiki adalah komitmen
terhadap agama Islam dengan sebenar-benarnya komitmen dan kesungguhan.
Realitas manusia sekarang ini merupakan bukti
dari hal itu, kebanyakan mereka yang beragama selain Islam, merasakan
kekosongan rohani, kegersangan jiwa, serta hilangnya rasa aman dan ketenangan
batin. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan bahwa rasa aman hanya
bisa didapat oleh hamba-hamba Nya yang beriman dan mengikuti jalan Nya. Allah
berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am:82)
Jadi, dengan iman yang benar, rasa aman dan
ketenangan bisa dicapai, adapun sikap berpaling dari iman yang haq, maka ia
hanya menghasilkan kesempitan dan kesulitan.
Allah berfirman:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)
Dalam ayat yang lain, yang menggabungkan antara
kedunya, Allah berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf:96)
Ketahuilah saudaraku, bahwa manfaat dan pengaruh
beragama jika diwujudkan oleh tiap individu dalam kehidupan mereka,
diejawantahkan dalam prilaku mereka, niscaya hal itu akan berimbas kepada
seluruh umat manusia, selanjutnya anda tinggal bayangkan seberapa besar
pengaruh dan manfaat memeluk Islam dalam hal ketenangan dan kedamaian bagi
seluruh masyarakat, yaitu masyarakat yang terjamin; agama, jiwa, kehormatan,
dan hartanya. Inilah puncak kehidupan yang aman penuh dengan keadilan dari
sebuah makna kemanusiaan.”