BAB I
TEKNIK MEMBACA CEPAT
A. Hambatan
Membaca Cepat
Karena berbagai kemungkinan mencoba
berusaha untuk dapat membaca cepat. Berbagai usaha telah dilakukan tetapi belum
berhasil. Padahal setiap orang berpotensi untuk dapat membaca cepat. Ada
beberapa kesalahan yang umumnya dilakukan orang ketika membaca cepat, antara
lain:
1. Sub Vokalisasi
Ini dimaksud ketika membaca cepat mulut
dan hati sama-sama ikut berujar. Biasanya kendala ini muncul ketika mengulangi
bacaan, mengeluarkan suara.
2. Finger Panting
Ini merupakan kesalahan dalam membaca
cepat yang disebut finger panting. Dalam perkembangannya parapakar membaca
cepat justru memperbolehkan teknik membeca capat menggunakan pointer/petunjuk.
3. Regretio
Secara tidak sadar membaca
kadang-kadang mata tertuju pada kata-kata atau kalimat yang sdah dibaca. Ada
kalanya ketika membaca pikitan atau otak memikirkan bacaan yang lalu atau
hal-hal lain.
B. Model Membaca Cepat
Sebelum berlatih membaca cepat, kita
harus paham berapa membaca cepat. Ada 2 model yang dapat digunakan dalam
membaca, yaitu:
1. Model Line by Line
Model ini disebut juga dengan mofrl
garis per garis. Membaca model ini kalimat dalam bahan bacaac dibaca secara
berurutan dari baris pertama hingga akhir secara berurutan.
2. Model Spiral
Ketika kita membaca bacaan yang dibaca
tidak seluruh isi bacaan dibacanya, tetrapi dibaca secara gigjak atau spiral.
C. Tenik
Membaca Cepat
Untuk dapat membaca cepat memang perlu
teknik tertentu. Secara umum ada 2 teknik membaca yaitu:
1. Teknik Scanning
Membaca
scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara
loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi.
2. Teknik Skimming
Membaca skimming adalahmembaca secara
garis besar untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Teknik ini biasanya
dilakukan ketika mencari suatu yang khusus dalam teks.
D. Langkah-langkah
Membaca Cepat
Sebelum melatih membaca, perlu dipahami
beberapa langkah membaca cepat yaitu:
1. Langka pertama adalah persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dari
membaca judul. Judul yang ditafsirkan dengan asosiasi dan imajinasi serta
pengalaman yang telah dialami. Hubungan pengalaman atau wawasan dengan judul
bahan bacaan yang akan dibaca, kemudian yang perlu diperhatikan lagi yaitu
huruf cetak tebal atau miring.
2. Langkah kedua pelaksanaan
Jika telah melaksanakan tahap
persiapan, maka sudah dapat membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku
yang akan dibaca.
E. Latihan Membaca Cepat
Untuk menguasai ketrampilan membaca cepat perlu adanya:
1. Melatih otot mata
Otot mata dapat dilakukan dengan gerakan bola mata dalam
keadaan.
2. Melatih pheripel mata
Dapat dilakukan dengan cara pandangan matra mengikuti
perakan telunjuk di depan mata.
3. Melatih pernafasan
Dapat dilakukan dengancara tarik nafas panjang secara
perlahan.
BAB II
FRASE, KLAUSA, Dan KALIMAT
A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya,
akan dating, kemarin pagi, yag sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase
mempunyai dua sifat, yaitu:
- Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
- Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsure klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsure klausa yaitu S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
- Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. frase endosentri yang koordinatif,
yaitu: frase yang terdiri dari unsure-unsur yang setara, ini dibuktikan oelh
kemungkinan unsure-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:
Kakek-nenek
Laki
bini
2. frase endosentrik yang atributif, yaitu
frase yang terdiri dari unsure-unsur yang tidak setara. Karena itu,
insur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan
panjang
3. frase endosentrik yang apositif: frase
yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susu, ana Pak
Saleh, sangat padai.
- Frase Eksosentrik
Frase endosentrik ialah frase yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
siswa kelas 1A sedang berfotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong … kelas.
- Frase Nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan.
1. frase nominal: frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah
sakit.
2. frase verbal: frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. frase bilangan: frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur,
sepuluh keeping
4. frase keterangan: frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok
sore.
5. frase depan: frase yang terdiri kata
depan sebagai penanda, diikuti kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman
sekolah, dari desa.
- Frase ambigu
Frase ambigu artiya kegandaan makna yang menimbulkan
keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut
ambigu.
Misalnya: perusahaan pakaian milik perancang busana wanita
terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan
sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian
ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin
wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana
untuk wanita.
B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S)
dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memiliki
potensi untuk menjadim kalimat.
Banyak orang mengatakan.
Unsure inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya.
2. berdasarkan ada tidaknya kata negatif
yang secara gramatik menegatifkan predikat.
3. berdasarkan kategori kata atau frase
yang menduduki fungsi predikat.
C. Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang
terdiri dari dua kata atau lebih yajg mengandung pikiran yang lengkap dan punya
pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca Koran di teras belakang.
b. Pola-pola Kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan
pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat “verbal”
2. Pola kalimat II = kata benda-kata
sifat.
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif”
3. Pola kalimat III = kata benda-kata
benda.
Contoh: Bapa pengarang. Paman guru.
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat
ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja Bantu, seperti: adalah, menjadi,
merupakan.
4. pola kalimat IV (pola tambahan) = kata
benda-adverbial.
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial.
D. Jenis
Kalimat
1. Kalimat Tunggal
kalimat tunggal adalah kalimat hanya
terdiri atas dua unsure inti pmbentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh
diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk
pola kalimat baru.
Kalimat tunggal
|
Susunan pola kalimat
|
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci
|
S-P
S-P-O
S-P-O-K
|
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adala kalimat-kalimat
yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemukterdiri dari:
a. sebuah kalimat tunggal yang
bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk
satu atau lebih pola kalimat baru, disamping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yan menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat
pertama diperluas)
b. penggabungan dari dua atau lebih
kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola
kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapa membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat
dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
majemuk campuran.
1) Kalimat Majemuk Setara
kalimat majemuk setara adalah kalimat
majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk
setara terdiri atas:
a. kalimat majemuk setara menggabungkan.
Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih.
Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan.
Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat Mejemuk Bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari
perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk
kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kallimat asal (bagian tetap)
disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsure kalimat yang mengalami perluasan
dikenal adanya:
a. Kalimat majemut beringkat dengan anak
kalimat pengganti sebjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu.
S P
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat tunggal pengganti subjek.
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak
kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas
it.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak
kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu
S
P
O
Merekasudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak
kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari.
S
P K
Ayah pulang ketika kami makan malam.
anak kalimat pengganti keterangan.
3) Kalimat Majemuk Campuran.
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat
majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kaluimat tunggal yang
sekurang-kurangya terdiri atas tiga pola kalilmat.
Misalnya: ketika ia duduk minum-minum, dating seorang pemuda
berpakaian bagus, dan mengguakan kendaraan soda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
Pola atasan
Dating seorang pemuda berpakaian bagus
Pola bawahan I
Dating menggunakan kendaraan roda empat.
Pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti
kalimat inti adalah kalimat mayor yang
hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) hanya terdiri atas dua kata
2) kedua kata itu sekaligus menjadi inti
kalimat
3) tata urutannya adalah subjek mendahului
predikat.
4) Intonasinya adalah intonasi “berita
yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna
laksikalnya.
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang
sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua
kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat
inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat diatas yang berarti
mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat
luas.
Contoh kalimat inti, luas, dan transformasi.
a) Kalimat inti. Contoh: Adik mengangis.
b) Kalimat luas. Contoh: Radha, Arief,
Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran
matematika.
c) Kalimat transformasi. Contoh:
·
Dengan
penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
·
Dengan
penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek
kepada ayah untuk dibelikan computer.
·
Dengan
perubahan kata urut kata. Contoh: Menagis adik.
·
Dengan
perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
E. Konjugasi
Kojugasi antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraph.
Konjugasi atau kata sambung adalah
kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antar
kalimat, antar klausa,antar kata, dan antar paragraph.
- Konjugasi antar klausa
a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi,
lalu, kemudian.
b. Yang tidak sederajat: ketika, nahwa,
karena, meskipun. Jika, apabila.
- Konjugasi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
- Konjugasi antar paragraph: selain itu, adapun, namun.
DAFTAR PUSTAKA
Alsjahbana, S. Takdir. 1960. Tata
Bahasa Baru Bahasa Indonesia jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakyat.
Arifin, Zaenal E.
2006. Urat Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Preinda.
Chaer, Abdul. 2003. Seputar
Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2000. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
http://enfonesia.wordpress.com/bahasa-indonesia/frase-klausa-dan
kalimat/
Kencono, Desi Retno.
1992. Apresiasi Bahasa Indonesia. Surabaya: Kendang Sari.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi
Pengantar Kemahiran Bahasa. Lnde, Flores: Nusa Indah
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dansyukur
kehadirat Ruhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah
Bahasa Indonesia, mungkin masih ada kesalahan dan kekurangannya. Tugas
pembuatan makalah ini dibuat sebagai tugas mandiri pendidikan bahasa Indonesia.
Kritik dan saran dari semua pihaj
terutama pada rekan-rekan yang membaca yang sifatnya membangun kami terima
dengan senang hati dan ak lupa kami ucapkan terima kasih kepada samua pihak
yang membuat penulisan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Malang, 25 Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I TENIK MEMBACA CEPAT.................................................................... 1
A.
Hambatan Membaca Cepat.................................................................................. 1
B.
Model Membaca Cepat....................................................................................... 1
C.
Teknik Membaca Cepat....................................................................................... 2
D.
Langkah Membaca Cepat.................................................................................... 2
E.
Latihan Membaca Cepat...................................................................................... 3
BAB II FRASAE, KLAUSA, DAN KALIMAT.................................................. 4
A.
Frase..................................................................................................................... 4
B.
Klausa.................................................................................................................. 6
C.
Kalimat................................................................................................................ 7
D.
Jenis Kalimat........................................................................................................ 8
E.
Konjugasi............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA