Ibu adalah kasih yang tak pernah berujung. Bagaimana seorang ibu mengasihi anak-anaknya, tak pernah terbalaskan, mengimbangi kasih ibu itu sendiri, karena kasih ibu akan selalu ramah sepanjang masa. Pengorbanan dan kasih tulusnya tak pernah sanggup tertuliskan dalam puisi. Berikut puisi-puisi untuk ibu, yang dituliskan secara sederhana.
Tetesan
Air Mata Kasih Sayang Ibu
By:
Rudiyanto
Ya Allah,,
Terima kasih Kau telah mempertemukan kita
pada sebuah kelahiran
bersama senyuman
syukur
kepadaMu
Ibu,,,,
“tangisanmu sungguh
merdu”
ucapmu di sebuah sore
kenangan
saat aku memintamu
memutar waktu
yang selalu kau sisipkan dalam ingatan
tak ada yang dapat
kupahami saat itu
aku hanya merasakan
kasih yang utuh
pelukan yang
menenggelamkan segala getir kehidupan
getar suara yang
menentramkan segala kebisingan
ibu! aku mencintaimu
dalam segala keiklasan cinta
walaupun itu tak
sehebat cinta
yang pernah kau
berikan
kusemai kebersamaan
kita dalam ingatan
hingga menjadi
buah-buah kebahagiaan
yang kuturunkan
secara turun-temurun
kepada cucumu kelak
tak lupa, syukur
kepadaMu Ya Robb
atas karunia untuk
segala pemberian
ibu yang pernah
Engkau titipkan
ibu
terimakasih atas
segala cinta dan kasih sayang
semoga bahagia dan berumur panjang
Puisi Ibu
Romantis
:All Mothers
Ibu
Kau adalah cinta
pertamaku
Yang meniadakan
segala keluh kesah
Kau adalah cinta
sejati
Yang tak kenal lelah
Engkau mencintai
Tanpa harus dicintai
Memberikan segala
yang ada
Tanpa menuntutnya
kembali
Ibu
Sejak kelahiranku
Kau adalah kekasih
romantis
Yang selalu memuji
ketampananku
Kepada siapa saja
Yang mempertanyakan
kelahiranku
Dalam timangan kasih
sayangmu
Aku tumbuh dalam
kebahagiaan yang memesona
Ibu
Aku memuja ketulusan
cintamu
Saat pertama kali
kita bertemu
Setiap getaran suaramu
Menjadi kedamaian
yang hangat
Kau bangkit dari
lautan kedamaian
Saat kehidupanku
berguncang
Ibu
Kau adalah karunia
terindah
Yang pernah ada
Suatu hal yang paling
kutakutkan
Adalah saat jeda
ketiadaan
Memisahkan kita pada sebuah persimpangan
Rinduku
Ibu dalam Puisi
Matahari tak berhenti
membakar
Hujan tak berhenti
mendera
Kau tetap saja
bertahan
Dalam ilalang, selalu
Berapa sukma kulitmu
telah terbakar
Hitam
Lebam
Kau berbuat untukku
Masa depan
Berharap ada
perubahan hidup
Aku ingin mencium
kaki ibu
Selalu dalam pelukmu
Sampai matiku
Membahagiakanmu, selalu
Kepada
Ibu Penyair
jika lusa kau bertemu
ibuku
tolong katakan
padanya
kalau aku ingin jadi
penyair saja
kupesankan kepadamu
setelah kau ucapkan
pada ibuku
jangan kau
berlama-lama berdiskusi
sudah pasti dia
bertanya
mengapa?
kenapa?
aku menjadi penyair
tapi jika kau sudah
terjebak
katakan saja
ia ingin hidup seribu tahun lagi
Ibu
aku lupa wajah derita
Ibu, semua telah kuserahkan
pada waktu, biarlah
waktu mengukirmu
aku pernah peduli
tentang ragamu
jumlah uban dan
keriput di wajahmu
jangan pernah
menyesal melahirkanku
waktupulalah yang
mengikis ingatanku
melupakan bentuk
ragamu
memoriku telah penuh
dari pertualangan
aku telah membuang
ingatan lama
mungkin itu sebagian
dari bentuk ragamu
diantara laut dan
pulau yang pernah kusinggahi
satu ingatan yang
kusemai dalam darah
perihal tentangmu
keindahan kemurnian
hatimu
tak terlupakan, walau
segenap semesta kujelajahi